Air Terjun Tidak dari Bawah Bantal

Kenapa kamu di situ. Di situ tidak bisa duduk. Kemarilah. Dekat dengan leherku mendengarkan suara air terjun yang turun dari lidahku. Jangan takut, di sini tidak ada sejarah.Tidak ada yang mencatat riwayat hidupmu. Air terjun tidak bisa merekam kenanganmu. Air terjun tidak pernah duduk dan membeli mentega. Dia terus bernyanyi membuat rumah air. Tetapi kenapa kamu berdiri di situ terus. Di situ kamu tidak bisa duduk. Berdiri itu melelahkan, seperti manusia. Engkau tahu tentang berdiri dan tentang manusia. Tetapi tidak tahu ada air terjun yang mengalir dari lidahmu. Jangan berdiri terus seperti tugu pahlawan yang ditinggalkan oleh perang. Kesepian dari hujan dan pelukanmu.

Kemarilah, dengar, ada bintang-bintang yang mandi dari air terjun itu. Telapak kakimu akan merasakan napas air. Hujan yang turun dalam perut ikan. Kalau engkau di situ terus, dan percaya pada ingatanmu, engkau juga tidak bisa tidur. Lelah sekali, tidak bisa tidur seperti manusia. Engkau tahu itu kesedihan yang disimpan di bawah bantal tidur kita. Ia membisikkan terus tentang manusia yang menangis. Dan ada yang tak bisa mendengarnya menangis. Tapi ia tak punya air terjun.Ia tak bisa membuat air bernyanyi. Ia tidak bisa membuat patung air yang merayakan setiap langkah waktu dalam tubuhmu.

Kemarilah, agar kamu bisa merasakan duduk. di sini. melihat bintang-bintang dalam air terjun tubuhmu. Merasakan suatu saat ketika pikiranmu seperti air terjun yang memeluk tubuhmu.

(Afrizal Malna)

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.